Nalar Atau Nir Nalar – Last Flight Of The Osiris

Nalar Atau Nir Nalar

Analoginya, anak-anak kita seperti dibekali kompas yang rusak untuk berpetualang. Mereka dibuat fokus mengejar kecakapan kedaluwarsa, seperti kognitif rutin itu.

Demikian Prof. Iwan Pranoto memasang sebuah status di laman Facebooknya. Nah, sebelum melangkah lebih jauh tentang penafsiran yang mungkin membawa salah arti mari kita bahas secara pelan dan perlahan, satu demi satu, kata demi kata.

Saya akan memulai dengan anak-anak kita seperti dibekali kompas yang rusak untuk berpetualang. Sebuah kompas yang rusak adalah kompas yang tidak mampu menunjuk kepada arah yang benar. Ibarat ada yang menyuruh atau memerintah kita pergi berpetualang, tetapi yang menyuruh berpetualang ternyata tidak tahu arah yang benar. Hanya sekilas “sok tahu” atau “pura-pura tahu”. Akibatnya yang disuruh berpetualang hanya akan berputar-putar di bawah kendali orang pemegang kompas yang rusak tadi. Tidak punya arah dan tujuan. Lalu bagaimana bisa mengharapkan petualangan bisa sampai kepada tempat yang diidamkan?

Saya akan lanjut dengan fokus mengejar kecakapan yang kedaluwarsa. Contohnya pengetahuan komputer yang terus menerus berkembang. Anak-anak dipaksa untuk mengenal teknologi, untuk mengenal internet, namun tidak dibekali kecakapan untuk bisa menggunakan teknologi.

Teman saya Andi Dewanto memiliki istilah yang pas untuk itu.

A fool with a tool, is still a fool.

Secanggih apapun “alat” dia tidak berarti tanpa kecakapan manusia yang mengoperasikannya. Bukannya kita berusaha mengejar kecakapan yang sifatnya langgeng dan ajeg, kita mengarahkan anak-anak kepada sisi glamor, seolah-olah dengan teknologi baru itu anak-anak melayang di angkasa, tapi tanpa isi, tanpa makna.

Nalar berbeda dengan pikiran liar tanpa pola. Nalar membawa kita kepada jawaban, bukan kebingungan dan kekacauan.

Leave a Reply

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *