Last Flight Of The Osiris – Laman 3 – Menulis Keseharian Tanpa Tenggat Batas

Saya Bukan (Lagi) Blogger

Ada masanya saya adalah seorang blogger. Itu dulu. Dulu sekali. Lalu saya berhenti. Dan saya tidak menyesali keputusan itu.

Dunia sudah berubah, mulai ketika era micro-blogging dimulai, lalu era social media, LinkedIn, Quora, dst, dimana seorang seperti saya lebih bisa menemukan tempat untuk mengaktualisasikan diri.

Perkara anda ngotot mau nge-blog, silahkan. Mau ngotot tidak mau beradaptasi, silahkan. Mau hanyut ke masa lalu, silahkan.

Asal jangan ajak-ajak saya lagi.

Shame

Malu. Itulah perasaan seorang guru bila anak didiknya tidak mampu menulis sendiri. Tugas seorang guru adalah mendidik. Maka seorang guru harus bersikap tegas kepada murid yang mengambil jalan singkat.

Pengetahuan itu dipelajari, bukan mengambil karya orang lain yang sudah susah payah ditulis lalu dengan seenaknya kita letakkan di blog kita, tanpa ijin, tanpa memberi atribusi.

Hermeneutika

Disclaimer : Penulis tidaklah memiliki pendidikan formal di bidang keagamaan, dan Bahasa Arab. Bila terdapat kesalahan penulisan dan penafsiran, penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Sebagai anak IPA, saya memiliki kekurangan di dalam hal mengarang cerita. Bagi saya bukti empiris jauh lebih meyakinkan daripada seribu macam analisis, teori konspirasi, apalagi cerita penuh rekayasa dan tipu daya.

Suatu ketika abah H. Muhlas Hasyim MA (Kepala Madrasah Aliyah Al Hikmah 2 Benda), di dalam kajian Tafsir Al-Jalalain, yang dibacakan setiap pagi di Masjid An-Nur, Pondok Pesantren Al Hikmah 2 Benda, Brebes, pernah membahas sedikit mengenai Hermeneutika, sebuah cabang ilmu filsafat yang mempelajari tentang interpretasi atau penafsiran makna.

Tafsir Al-Jalalain sendiri merupakan salah satu wujud dari ilmu Hermeneutika ini. Sebagai anak IPA, saya terbiasa dengan metode pencarian kebenaran lewat pengamatan dan pengukuran. Maka tak ayal lagi Hermeneutika merupakan sebuah subyek yang cukup berat untuk saya. Beruntung bahwa keberadaan saya di Pondok Pesantren ini cukup meringankan beban tersebut.

Istilah Hermeneutika sendiri dikenal pertama kali dalam tulisan Peri Hermeneias, sebuah karya Aristoteles, yang membahas mengenai dasar-dasar logika. Di dalam filsafat Islam, ulama kalam menggunakan istilah takwil, sebagai kata ganti Hermeneutika, terutama untuk membantu dalam penafsiran ayat-ayat Mutasyabbihat.

Sebagai anak IPA, saya faham dengan jelas bahwa sebuah teori dan hukum matematika pun tidaklah kekal, akan selalu diperbarui dan dimutakhirkan sesuai dengan perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan manusia. Saya heran dengan sebagian manusia yang lebih suka menganggap opini dari “small circle” nya sebagai “fakta” yang tidak terbantahkan, sementara catatan dan pengamatan pihak lain dianggap sebagai bentuk penyangkalan, permusuhan, verbal bully, dan usaha eliminasi terhadap keberadaan dari kelompok mereka.

Demikianlah sekelumit pembahasan saya mengenai Hermeneutika, lebih lengkapnya silahkan dibaca di sini.

Untuk mendengarkan pembahasan tafsir Al-Jalalain dari Masjid An-Nur, Pondok Pesantren Al Hikmah 2, anda bisa install aplikasi tune in, atau mendengar secara streaming online di sini setiap pagi jam 06.00 WIB.

 

Sombong

Sebagai anak IPA, maka saya tunduk dan patuh pada prinsip standing on the shoulders of giants, sebuah prinsip yang mengajarkan bahwa apapun yang kita pelajari dan kuasai pada dasarnya hanyalah meneruskan apa yang sudah ditemukan dan ditetapkan oleh para pendahulu kita.

Pada 15 Februari 1676 bapak Isaac Newton menuliskan di dalam suratnya yang tertuju kepada Robert Hooke, dan di dalamnya beliau menulis :

If I have seen further it is by standing on the shoulders of Giants

Yang berarti bahwa “adapun saya diberi kemampuan untuk bisa melihat lebih jauh, hal itu disebabkan karena saya berdiri di atas pundak para raksasa”. Adapun para raksasa yang dimaksud oleh beliau adalah para peneliti pendahulu seperti Galileo, Phytagoras, Eratostenes, dan seterusnya.

Ini adalah sebuah bukti kerendahan hati dari beliau, yang tetap tidak lupa memberi atribusi kepada para ilmuwan terdahulu di dalam pencapaian beliau yang luar biasa dalam ilmu pengetahuan alam.

Maka kemudian apa lagi yang bisa disombongkan dari keilmuan kita yang teramat sedikit dan pengalaman kita yang begitu dangkal, dan apapun yang kita kuasai sekarang toh asalnya juga dari pengetahuan yang kita dapatkan dari orang lain?

Seorang alumni Madrasah Aliyah Al Hikmah 2, Brebes, tempat dimana saya dipercaya untuk membagi sedikit ilmu yang saya miliki dengan para siswa madaris, pernah bertanya:

Mengapa setelah mondok beberapa tahun, saya merasa tidak mendapat ilmu sama sekali?

Dan saya pun tertegun. Saya teringat kembali kepada prinsip standing on the shoulders of giants di atas. Untuk mempertinggi tingkat keilmuan yang kita miliki, syaratnya memang harus mendaki pundak para raksasa ilmu pengetahuan, dalam hal ini tentu saja diwakili para guru, para ulama, para kiai, yang tersebar sekian banyaknya di dalam pesantren ini.

Dari mereka itulah kita akan mendapat akses yang sangat besar terhadap ilmu. Tentu saja kita bisa dengan mudah mengakses ilmu lewat internet, toko buku, dan semacamnya, namun apakah sama dengan bertatap muka dan berguru langsung kepada para kiai dan ulama?

Bila demikian mengapa Plato berguru kepada Socrates, dan Aristoteles berguru kepada Plato? Mengapa Stephen Hawking harus kuliah dan belajar di Cambridge? Mengapa banyak orang sukses dan hebat pergi sekolah dan ke pesantren? Lalu mengapa yang sudah sedemikian dekat dengan sumber ilmu malah menyesal dan tidak memanfaatkan kesempatan itu dengan sebaik-baiknya?

Buat saya pengajian kitab Jalalain itu seperti melihat dan mendengarkan bapak Carl Sagan, memberikan kuliah di depan kelas sambil menulis di papan tulis. Apa yang terucap adalah interpretasi yang memiliki sumber karya klasik Islam, yang ditulis penuh ketelitian dan kehati-hatian.

Jauh lebih baik daripada membaca atau mendengarkan karya-karya orang yang mungkin terkenal dan memiliki pamor, tapi kosong secara keilmuan, dangkal dalam pemahaman, dan terlalu sering membawa persoalan ke luar konteks. Apalagi bila penulis atau orang tersebut lebih fokus kedalam fenomena selebrita, dan sangat bernafsu untuk menjadi tersohor.

Saya sudah mempersiapkan beberapa tulisan ringkasan beberapa materi kajian kitab-kitab yang saya peroleh selama mengabdi di pesantren ini, namun sebelumnya saya minta maaf, karena tidak memiliki latar belakang formal di bidang keagamaan dan bahasa Arab, mohon maklum bila nantinya terdapat kekeliruan penulisan, penerjemahan, dan penafsiran.

So … stay tune … and keep reading my blog …

Untuk referensi yang lebih lengkap mengenai prinsip standing on the shoulders of giants silahkan baca disini.

Fort Minor – Welcome

Fort Minor – walaupun hanya sekedar side project dari Mike Shinoda, namun bisa dibilang fenomenal banget di kancah musik dunia. Saya hapal lagu-lagu dari album Rising Tied dan sekarang Fort Minor merelease single Welcome yang selama beberapa hari ini coba saya hapalkan liriknya.

Lirik Welcome, entah mengapa cocok sekali untuk saya. Mungkin karena lirik dalam lagu ini menceritakan tentang seseorang yang mungkin kadang merasa tidak diterima oleh lingkungan di sekitarnya.

Untuk anda yang mungkin merasakan hal yang sama, bisa mencoba menyanyikan lagu ini.

Akan saya kutipkan beberapa larik dari chorus lagu ini :

I don’t need their blessing now
I don’t need their invitation
Ain’t no way to shut me down
Or to take this path I’ve taken
And maybe I’ve been left out
But never let this be mistaken
They can keep their blessing now
Forget me now
Cause I was never welcome

Atau bila dibahasa Indonesiakan kira-kira begini bunyinya :

Aku tidak butuh restu mereka
Aku tidak butuh undangan mereka
Tidak ada yang bisa menghentikan diriku
Atau mencoba mengambil jalanku
Mungkin mereka sudah berpaling dariku
Tapi jangan pernah salah sangka
Simpan saja restu mereka itu
Lupakan saja
Toh mereka tak pernah menerima kehadiranku

Lebih lengkap mengenai Fort Minor bisa dibaca disini.

Mike Shinoda
Mike Shinoda

Saya merencanakan untuk membuat video cover lagu Welcome. Baru rencana sih …

Anbu

anbu-small
Anbu – Kelompok Ninja dengan tugas militer dan intelejen

Setelah membahas tentang kelompok Akatsuki, saya akan membahas tentang kelompok Ninja yang lain. Kali ini yang akan saya bahas adalah kelompok Anbu.

Kelompok Anbu dibentuk dengan dasar pemikiran bahwa dengan keadaan selama perang maka perlu dibentuklah sebuah kelompok Ninja yang memiliki tugas dan fungsi yang berbeda dari shinobi pada umumnya. Apabila biasanya sebuah tim shinobi bertugas untuk melakukan misi pencarian, penyelamatan, penjagaan, dan pengawalan, maka kelompok Anbu berfokus pada misi militer dan intelejen seperti pengintaian, mata-mata, dan pembunuhan.

Kelompok Anbu memilik ciri khas berupa topeng yang berfungsi untuk menyamarkan identitas seorang anggotanya. Topeng ini juga berfungsi untuk menyembunyikan ekspresi dan emosi seorang shinobi anggota kelompok Anbu.

anbu-1
Penampilan seorang Anbu pada umumnya.

Menyembunyikan identitas dan emosi jelaslah suatu hal yang tidak mudah. Seringkali seorang anggota Anbu mengalami dilema dalam hati sehubungan misi yang diberikan oleh Kage atau pimpinan kelompok militer.

Dalam serial Naruto kita mengenal beberapa mantan anggota Anbu diantaranya Hatake Kakashi, Uchiha Itachi, Kisame, dan juga Yamato. Itachi dan Kisame membelot dan bergabung ke dalam kelompok Akatsuki dikemudian hari.

Anggota kelompok Anbu rata-rata berusia muda, dan masih memiliki kemampuan rata-rata seorang chunin. Walaupun begitu mereka memiliki kecerdasan diatas rata-rata sehingga mampu membuat keputusan dan strategi yang tepat. Misi yang diterima anggota seorang Anbu kadang sangat bertentangan dengan nurani dan akal sehat.

Itachi misalnya mendapat misi untuk menghabisi seluruh keluarganya sendiri, termasuk ayah dan ibunya. Kisame harus membunuh wanita yang dicintainya karena takut rahasia desa bocor ke tangan musuh.

Di Konohagakure para Anbu dipimpin oleh Danzo. Kekuasaan Danzo hampir setara dengan Hokage. Danzo pun akhirnya dipenjara karena menjalankan Anbu dengan sangat berlebihan.

TheDanzo
Pimpinan fraksi militer Konohagakure – Danzo.

Demikianlah sedikit pembahasan mengenai kelompok Anbu. Saya akan mencoba untuk membuat posting tentang serba-serbi anime lain pada posting-posting berikutnya.

Akatsuki

akatsuki-small
Formasi Akatsuki

Entah mengapa tiba-tiba saya ingin menulis tentang Akatsuki. Untuk mereka yang gemar menonton anime Naruto pasti sudah mengetahui banyak tentang kelompok ini.

Secara sederhana kelompok Akatsuki bisa kita sebut dengan Barisan Sakit Hati. Namun tentu saja latar belakang dibalik terbentuknya Akatsuki, jauh lebih dalam daripada satu kesimpulan dalam kalimat pendek.

Saya memutuskan membuat kategori khusus mengenai Anime dan memisahkannya dari film secara umum, mungkin juga akan menuliskan beberapa Fan Fiction.

Masashi Kishimoto (pengarang Naruto) menempatkan Akatsuki sebagai kelompok antagonis, namun kedalaman karakter dan cerita manga (anime) ini membuat kita sedikit ingin lebih jauh mengenal kelompok shinobi ini.

Akatsuki dibentuk oleh Yahiko, Nagato, dan Konan dengan tujuan untuk menghentikan perang dan menciptakan perdamaian di seluruh dunia. Namun tujuan dan cita-cita mulia ini kemudian ternodai oleh munculnya Madara Uchiha yang mengambil alih kepemimpinan Akatsuki dan melancarkan perang dunia shinobi ke IV.

Alih-alih menciptakan perdamaian, namun yang terjadi hanyalah nafsu untuk menguasai dunia dan malah mengakibatkan kehancuran dan kekacauan dimana-mana.

Sebuah cita-cita yang luhur tidak akan terwujud lewat balas dendam, kebencian, dan sakit hati. Sebuah cita-cita akan terwujud lewat ketulusan, dan kesediaan untuk berkorban tanpa pamrih.

Tidak ada yang menyangkal bahwa semua anggota Akatsuki adalah dulunya murid-murid yang cerdas, berbakat, dan berprestasi. Namun sistem pendidikan dan pemerintahan desa-desa di dunia ninja tidak bisa menerima kehadiran mereka. Atau lebih tepatnya, tidak siap.

Dunia adalah tempat yang selalu berubah, begitu juga dengan dunia shinobi. Dunia yang menciptakan para Akatsuki adalah dunia penuh kesedihan, rasa sakit, dan kekecewaan akibat perang yang terus-menerus terjadi antara negara shinobi. Dan dari kekecewaan itu muncullah sebuah kelompok yang sepertinya mampu menjadi tumpuan harapan akan sebuah perubahan.

Namun sekarang dunia shinobi bukanlah tempat yang sama. Orang-orang di dunia shinobi sudah mampu menciptakan perdamaian dengan cara yang lebih sederhana. Saling mempercayai dan bekerja sama. Tentu saja masih ada ketegangan-ketegangan kecil antar desa, namun secara keseluruhan, orang-orang di dunia shinobi sudah belajar mengatasi rasa sakit selama masa perang, yaitu dengan menjalani hidup secara normal.

Tidak ada sistem yang sempurna. Termasuk di dalamnya sistem pemerintahan di dalam dunia shinobi. Namun sistem itu terus berubah dengan munculnya para Kage baru yang membawa semangat dan cara-cara baru. Murid-murid akademi shinobi, para chunin, para jounin, para anbu, sanin, dan kage yang hidup dalam dunia shinobi terus-menerus berubah seiring waktu.

Kisah para anggota Akatsuki sangat menarik, dan akan saya tuliskan lagi di lain waktu, satu per satu akan kita bahas dan telaah lebih dalam. Tentu saja akan ada pembahasan tentang tokoh-tokoh di luar Akatsuki. Namun kiranya cukup dulu untuk saat ini.

Referensi mengenai Naruto yang lebih lengkap bisa di baca di sini.

Joey

Joey Alexander. Salah satu talenta muda terbaik Jazz Indonesia. Meraih dua nominasi Grammy Awards di usianya yang ke-12. Usia yang masih sangat belia untuk mampu menggapai bintang nun tinggi disana.

Untuk daftar lengkap para nominator Grammy Awards ke-58, 15 Februari 2016 anda bisa mengunjungi tautan ini.

Saya bukan seorang penggemar berat Jazz, dan kecerdasan musikal saya hanya berada dalam taraf biasa-biasa saja. Saya akan berusaha untuk tidak larut dalam hype. Seringkali di Indonesia orang menjadi larut dalam hype prestasi, membuatnya hanya menjadi sekelibat bintang jatuh, bukan matahari yang terus bersinar untuk waktu yang lama.

Saya telusuri channel youtube Joey dan menemukan sebuah cover My Favorite Things. Lagu ini membawa kenangan masa kecil saya. Lagu ini membuat saya merasa bahagia. Walaupun waktu itu saya belum begitu banyak mengenal kosakata dalam bahasa Inggris, namun saya merasa Julia Andrews menyanyikannya dengan sepenuh hati. Mungkin itu yang disebut koneksi antar hati seorang biduan dan pendengarnya.

Pesan saya buat Joey, jangan larut dalam prestasi sesaat, teruslah membuat karya dan teruslah membuat prestasi-prestasi yang lain. Jangan seperti orang kebanyakan yang merasa menjadi matahari untuk waktu yang singkat, lalu padam dan luruh menjadi lubang hitam.

Pagi yang nikmat, bersanding teh hangat, dan musik Jazz.

Gelombang Itu Ternyata Ada

Pada tahun 1916, Einstein memprediksi tentang keberadaan Gravitational Wave. Dan hingga baru kemarin, 11 Februari 2016, akhirnya para fisikawan berhasil membuktikan keberadaan Gravitational Wave tersebut.

Dalam General Relativity Theory, Einstein memprediksi bahwa seluruh benda di alam semesta bisa menciut dan membesar sesaat setelah dihantam oleh sebuah gelombang gravitasi, sebuah riak yang timbul akibat tumbukan dua atau lebih obyek semesta yang memiliki gaya gravitasi yang sangat tinggi, misalnya lubang hitam. Walaupun begitu, bahkan Einstein sendiri ragu bahwa keberadaan gelombang ini akan bisa dibuktikan.

Perubahan materi akibat pengaruh gelombang ini sangat kecil, hanya seukuran setengah diameter sebuah atom. Jadi bagaimana bisa para fisikawan membuktikan keberadaan gelombang gravitasi ini?

hanford_ligo_960_3572325b
Detektor sepanjang 4km yang dibangun di Washington State dan Lousiana, untuk mendeteksi adanya gelombang gravitasi. Foto oleh NASA.

Menggunakan detektor raksasa sepanjang 4km, para fisikawan menembakkan seuntai sinar laser dan membandingkannya ketika pantulan sinar laser itu kembali ke detektor untuk kemudian dianalisa.

Hasilnya ditangkaplah sebuah riak medan gravitasi yang diakibatkan tumbukan dua lubang raksasa yang terjadi miliaran tahun yang lalu.

Akibatnya, penuhlah beranda saya dengan puluhan link yang menyambut gembira penemuan ini. Sungguh, saya berteman dengan orang-orang aneh :D.

Penemuan ini diharapkan merubah dunia sains yang selama ini hanya berfokus dengan obyek-obyek yang bisa diamati saja. Kita mulai bisa berharap untuk menatap lubang hitam secara langsung, atau bahkan pergi lebih dalam lagi mengenai penelusuran kita terhadap asal-usul semesta.

Sebuah beranda facebook yang penuh bacaan berat.

EQUILIBRIUM

Dunia dijalankan dengan hukum sebab akibat yang sederhana. Semua yang terjadi di muka bumi tidak lepas dari hukum aksi dan reaksi. What comes up, must go down. Everything that has a beginning, has an end.

Namun manusia memang makhluk yang susah untuk mengerti. Dia harus melihat dengan matanya sendiri, harus merasakan dengan penderitaannya sendiri, baru dia bisa mengerti.

Lucunya, banyak manusia, bahkan setelah menderita, seolah tidak belajar apa-apa dari kejatuhan dan penderitaannya. Sebagian manusia, lebih suka menyalahkan orang lain, menyalahkan sistem, menyalahkan nasib, dan bahkan menyalahkan Tuhan.

Semua salah, yang benar hanya saya. Teman saya pasti benar, semua yang menyangkal itu adalah salah. Betapa rumit hidup di dalam penyangkalan dan pengingkaran atas kenyataan.

Seorang siswa yang dihukum karena telat mengikuti pelajaran lebih suka menyalahkan keadaan, daripada berusaha bangun lebih pagi, dan bersiap lebih dini.

Seorang santri yang dihukum karena bolos ngaji lebih suka menyalahkan pengurus daripada menyadari bahwa seharusnya dia bisa mengatur waktu lebih baik lagi.

Dan manusia adalah makhluk yang suka hidup di dalam alasan, daripada mencari pemecahan masalah.

Gitar yang tidak berdawai, mana mungkin bisa dipetik. Mana bisa mengiringi lagu Bob Marley yang mengalun pelan di pagi ini.